Jejak Ramah Bumi ( Aku kamu kita untuk bumi )

Senin, 21 Maret 2011

Kisah setetes AIR

Aku adalah setetes air yang berasal dari laut. Aku diangkat oleh panas matahri menjadi awan sampai ketinggian 1.200 meter. Di sana aku bertemu dengan teman-temanku yang lain, melayang bersama awan. Aku menari-nari dibawa angin yang lembut, dilangit biru yang bersih.

Lama-kelamaan aku turun dalam bentuk hujan. Aku jatuh di atas sebuah daun dan menetas ke daun yang lain Lalu aku meluncur ke ranting, dahan dan batang pohon. Akhirnya aku sampai ke akar dan berpetualang di dalam tanah. Disana aku bertemu dengan beberapa teman dan berpetualang bersama. Aku bertemu dengan tanah,pasir dan batu-batu yang menyaring aku menjadi bening dan tidak asam.

setelah berpetualang dengan tanah yang bersih, akhirnya aku keluar menjadi mata air yang bening. Aku digunakan manusia untuk minum, mandi dan mencuci. Aku merasa senang karena diriku bermanfaat untuk manusia. Banyak yang memanfaatkanku, pak tani juga dengan kehadiranku, karena sawah-sawah menjadi subur dan tidak kering.

Akhirnya aku sampai di sungai yang bening, berkumpul dengan teman-teman lainnya. Di sungai banyak anak-anak berenang, mereka senang dan sayang padaku. Akupun sayang pada mereka. Kubelai mereka dengan lembut dan penuh kasih sayang. Aku juga meliuk diantara batu-batu kecil, sesekali aku juga melewati air terjun yang sangat deras.

Tak lama kemudian akupun sampai dilaut kembali dengan senang menemui tempat-tempat yang indah dan menyenangkan. Disana aku menemui karang-karang yang indah dan beraneka macam dengan warna warni yang indah. Ada juga ikan badut yang berwarna warni. Suatu hari aku diangkat oleh matahari menjadi uap dan naik ke langit. Tetapi langit itu terasa lain, udaranya kotor, banyak debu dan asap. Sesak aku dibuatnya. Teman-temanku yang lain juga merasa sesak. Langit yang dulunya biru kini menjadi kehitaman karena udaranya banyak kotoran.

Mungkion karena banyak manusia yang membakar hutan sehingga asapnya terbang sampai ke langit. Ketika aku jatuh ke bumi menjadi hujan, aku temukan tanah yang gundul. Perih rasanya mengenai tanah yang berdebu. Tidak ada tanaman yang menahanku lagi, tidak ada daun yang menangkapku lagi. Aku langsung berbenturan tanah dan pasir. Rasanya sakit sekali, terbentur benda keras dengan kecepatan 8-10 km/jam.

Ketika teman-temanku sudah berkumpul, akupun terseret menjadi banjir. Aku menghanyutklan banyak benda dan makhluk hidup. Aku sedih melihat diriku menyebabkan sengsara manusia, karena manusia jahat, menabang dan mambakar hutan seenaknya, akibatnya aku dan teman-temanku terpaksa jahat juga terhadap manusia.

Sampai disungai kutemukan sungai yang kotot dan bau. Tidak kujumpai lagi sungai yang bening dan mata air yang jernih. Banyak sampah di sana-sini yang menyumbat jalanku, akhirnya aku tidak bisa lewat dan terpaksa aku masuk ke kampung-kampung menjadi banjir. Anak-anak tidak bisa sekolah dan bermain. Mungkin mereka tidak menyukaiku lagi.

Aku sedih, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena aku hanya bisa mengikuti arah yang lebih rendah. Aku tidak bisa meloncat ke atas,jikalau tidak ada tanaman yang menahanku dan teman-temanku, aku bisa bergerak dengan cepat dan menghanyutkan benda-benda yang berat.

aku mengharapkan agar manusia mengerti aku. Sayangilah aku, maka aku akan menyayangi manusia. Caranya adalah menanam hutan yang gundul dan menjaga kebersihan lingkunga. Gemar menanam pohon harus dimulai semenjak anak-anak, sehingga timbul rasa cinta terhadap tanaman. Makin banyak tanah yang tertutup dengan daun, dahan, dan akarnya. Akhirnya aku bsia bersahabat dengan manusi. Bila aku turun menjadi hujan ada yang menahanku, sehingga tidak menjadi banjir lagi.

Saya menulis untuk alam ,

Saya Hidup untuk alam,

Manusia selalu butuh alam

Manusia hidup dari alam,

Manusia berasal dari alam,

dan

Manusia akan kembali pada alam.

Karya : Aisyah nur Amalia siswi SDIT Insan Bogor kelas 3A dan Afhi R

SELAMAT HARI AIR SEDUNIA :)